Salah Penafsiran


Hari terasa indah mentaripun bersinar terang serasa tersenyum menyinari semesta ini. Burung-burung berkicau riang seolah bernyanyi-nyanyi menyambut datangnya sang fajar, suara bising kendaraan tak mampu menyelinap dalam lubang telinga dan udara sejuk alam pedesaan masih setia menyelimuti pagi. Keadaan pagi ini seolah mewakili suasana hati Jenita, gadis remaja yang duduk di bangku kelas XII IPA-5 di Sekolah Menengah Atas Harapan bangsa. Hari ini tepat hari Sabtu dimana beberapa dari teman SMPnya akan melakukan perkemahan di dekat tempat tinggalnya. Maklumlah jika hal ini menjadi kebanggan tersendiri buat Jenita karena akan bertemu kembali dengan teman-temannya yang selama beberapa tahun ini terpisah karena tuntutan sekolah. Sewaktu  kecil hingga SMP Jenita tinggal bersama kakek dan nenek dari kedua orang tua ayahnya hal ini dikarenakan ayahnya anak tunggal sedangkan dirinya anak pertama dari tiga bersaudara sehingga dialah yang mengisi kesepian di rumah neneknya. Dan mulai duduk di bangku SMA dia tinggal bersama kedua orang tuanya, hal inilah yang menjadiakan dia rindu akan teman semasa kecilnya terutama teman-teman SMP. Jam kecil yang berdiri tegak di meja belajarnya telah menunjukkkan pukul 06.00 WIB ini artinya dia harus mempersiapkan diri untuk menuntut ilmu. “tulilut. . .tulilut. . .” teman kecilnya memanggil pertanda ada pesan singkat masuk, di bukanya sms itu ternyata dari Asti teman akrabnya selama di SMP yang berbunyi ”jangan lupa ya, nanti datang ke perkemahan. Tendaku nomor 6, dan yang tak boleh ketinggalan makanan kecil darimu”. “oke. . . apasih yang nggak buat paejah” balasan darinya dengan sedikit celotehan canda . Setelah itu Jenita kembali melanjutkan aktivitasnya.
            Sore harinya Jenita menepati janjinya pada Asti yakni datang ke tempat perkemahan dan tak ketinggalan di bawanya beberapa makanan ringan dalam kantong plastik berukuran sedang warna hitam. Dan  disana tak hanya Asti yang dia temui di tempat yang sama dan tanpa senja dia bertemu dengan Indra dan Akas. Disana mereka bercanda dan berbincang-bincang bersama dalam kerinduan karena lama tak berjumpa. Ternyata masa remaja adalah masa-masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Jenita merasa seolah-olah dia bertemu dengan orang-orang yang baru ia kenal begitu juga sebaliknya. Dihadapannya kini Asti tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik, begitu juga dengan Indra dan Akas kini mereka telah tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan tampan. Dan di hadapan teman-temannya Jenita sekarang jauh berbeda, kini dia tumbuh menajadi gadis yang sangat cantik tapi satu hal yang tak berubah dan tak tan pernah berubah yakni gigi ginsulnya yang membuat banyak pemuda tertarik padanya. Karena keasyikan bercanda Jenita tak menyadari jika hari sudah sore dan mendung tampak menyelimuti langit, lalu ia berpamitan dengan ketiga temannya itu dan bergegas pulang.
            Tak di duga dan tak di sangka pertemuan ke empat anak yang telah lama tak berjumpa itu menimbulkan benih-benih cinta di antar mereka. Keesokan  harinya Jenita kembali datang ke tempat perkemahan itu untuk memberikan makanan buat keempat temannya itu karena perintah ibunya, namun pagi itu ia hanya bertemu dengan Akas karena kedua temannya yang lain sedang mengikuti olah raga pagi. Dalam pertemuan itu Akas memberanikan diri untuk meminta nomor HP Jenita karena ia merasa Akas temannya dan ia pun tak keberatan memberikannya. Setelah itu Jenita berpamitan pulang dan menitipkan makanan untuk kedua temannya yang sedang berolahraga. Siang harinya perkemahan itu telah selesai sehingga ketiga temannya pun kembali pulang kerumah, hal ini berarti mereka akan berpisah kembali. Tapi salah jika kita percaya dengan hal itu, walaupun jarak jauh tak akan jadi masalah karena semua itu dapat teratasi dengan adanya alat komunikasi yang sudah canggih.  Kini persahabatan keempatnya menjadi sangat erat mungkin hal ini terjadi karena ada suatu hal yang mendasari.
            Di sekolah Indra mencoba menemui Asti tak lain tujuannya adalah untuk meminta nomor HP Jenita. “As, boleh kan aku minta, nomor Jenita. Nanti aku jomblangin dech kamu sama sie Akas” rayuan Indra pada Asti. “ Sssst. . . jangan keras-keras donk, oke aku kasih tapi kamu beneran mau bantuain aku kan?” jawab Asti. Mereka berduapun akhirnya sepakat untuk saling menjodohkan. Karena kesepakatan itu mereka berdua kini berusaha dan semangat, tapi jangan salah pikir mareka berdua ini bukannya berusaha dan semangat untuk belajar tapi justu semangat untuk saling menjodohkan. Tapi di balik itu semua dan tanpa sepengetahuan mereka berdua Akas telah dekat dengan Jenita. Dan kini persahabat mereka berempat berangsur-angsur menjadi sebuah persaingan demi mendapatkan sebuah cinta.
            Beberapa hari kemudian kedekatan Akas dengan Jenita pun di ketahui oleh Indra, langsung saja Indra memberitahukan kabar tak sedap ini kepada Asti. Tentu saja hal ini membuat hati Asti dan Indra serasa hancur berkeping-keping. Karena kedua orang yang tujuan awalnya ingin mereka dapatkan hatinya tanpa sepengetahuan mereka telah berdekatan. Kini Indra merasa marah dengan Akas begitu juga dengan Asti dia merasa di hancurkan hatinya oleh Jenita. Namun Indra dan Asti tak patah semangat mereka tetap pada tujuan semula. Asti pun langsung memberitahukan pada Jenita lewat telepon bahwa Indra mencintainya dan ingin sekali menjadi pacarnya. Mendengar itu semua Asti merasa bingung mengapa Asti tiba-tiba seperti itu dan seolah-olah memaksa Jenita untuk segera berpacaran dengan Indra sedangkan selama ini kan Asti tahu bahwa Jenita berpendirian tak akan berpacaran selama masih duduk di bangku sekolah. Indra pun seolah tak mau kalah dengan Asti dia berusah sekuat tenaga untuk membujuk Akas agar capat-cepat berpacaran dengan Asti. Tapi Akas tak menggubris bujukan Indra, untuk menghindar dari Indra dia sengaja berpamitan ke toilet karena terburu-buru Akas lupa membawa Hpnya yang tergeletak di meja. Hal ini manjadikan kesempatan berharga buat Indra untuk melihat pesan-pesan Akas dengan Jenita. Dengan sangat menyesal karena telah berfikir negatif kepada temannya kini Indra telah mengetahui babwa kedekatan Akas dan Jenita hanyalah sebagai teman bertukar pikira dalam hal pelajaran. Indra pun segera menceritakan semua kebanaran yang baru ia ketahui pada Asti. Mendengar semua cerita Indra Asti merasa malu kepada dirinya sendiri karena telah berburuk sangka kepada teman baiknya.
 Dan kini persahabatan mereka berempat kembali baik seperti semula dan bersama-sama berusaha dan semangat belajar untuk melanjutkan ke perguruan tinggi sesuai keinginan mereka demi tercapainya cita-cita.
sekian

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS